gedung ali ibnu abi thalib, 2009
gedung itu yang selalu tertawa ketika melihat kita plontos, pitak pitak gak jelas,
memalukan dan sangat menyedihkan,
gedung itu juga yang sedih ketika melihat kita menangis dan tertekan
gedung itu juga yang selalu jadi childleaders yang menyorakan semangat hentakan suara kita,
ketika kita meneriakan kebenaran, seolah gedung itu membantu menggemakan kebenaran itu
gedung itu juga yang menenangkan kita di saat emosi tak lagi mengenal logika,
emosi atas hak asasi dan memanusiakan manusia, emosi yang tak lagi dapat di pendam dengan kata",
kita yang selalu salah, dan di salahkan, kita yang terlihat cengeng dan lemah kala itu,
bukan karena kita tak mampu melawan, karena tetap,
ketika kita melawan, kita juga yang akan tertawan,
kelu nya bahasa kala itu, dan fisik pun bicara,
daun daun itu, masih ingatkan? iya daun daun itu, yang berserakan sepanjang jalan itu,
jalan di mana kita mengeluh, jalan di mana kita menangis yang jujur,
jalan yang sampai hari ini masih di ajarkan tentang koarsa,
dan sampai hari ini juga belum ada nama nya jalan apa itu :)
sudah berapa banyak air mata yang terjatuh di sana,
sudah berapa banyak keringat yang bercucuran di sana,
dan sudah berapa banyak do'a dan harapan yang belum terkabul,
dan entah sekarang dimana sepatu pantepol pertama kita,
entah kenapa kita di pertemukan di tempat itu,
tempat terburuk yang pernah kita kenal, dan siapapun itu pasti akan cari cara keluar dari penderitaan itu,
tempat yang kata nya akan melahirkan "the best human material"
dan menciptakan para pemimpin,
PPUK, sebuah lajnah yang berbasis di lantai dasar gd. ali ibnu khattab waktu itu,
yang kata nya lajnah penegak disiplin dan lajnah yang berkompeten di bidang leadership,
apa ya kepanjangan PPUK itu, Pandu Pembela Ummat dan Kemanusiaan
4 tahun silam, kita di didik dalam penderitaan panjang,
penuh kecaman, penuh keluh, susah, menderita dan sudah lah, spechless untuk menggambarkan keajaiban" kala itu.. :)
sudah saat nya, kita tunjukan pada dunia,
kita tak lagi terkekang oleh siapapun,
tak lagi tertekan para penjajah itu,
tak lagi menjadi anak ingusan yang terus" di cekoki istilah senioritas dan resistance
tak lagi dan tak lagi,
sudah 4 tahun kita belajar jadi orang susah, menderita dan tertekan,
cukup waktu itu untuk kita belajar lebih sempurna di luar sini,
bebas, tak berbagar,
luas tak bercahar
dan sempurna tak ada cela,
rindu ini, mengingatkan ku pada mu kawan,
terus lah berjuang, seperti perjuangan kita kala itu :)
tetap lah tegar seperti ketegaran kita kala itu kawan,
dan tetap lah semangat untuk tujuan, seperti semangat kita kala itu!!
let's rock our life!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar